Warta Minggu Ini
CENTURION

“Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan-Nya melihat Dia mengembuskan napas terakhir seperti itu, berkatalah ia, “Sungguh, orang ini Anak Allah””

Markus 15: 39 (TB-2)


Centurion (Kepala pasukan) adalah perwira militer Romawi yang membawahi 80-100 orang legioner. Centurion disumpah atas nama Caesar dan sejak legioner berjanji hanya menyembah Caesar. Sebagai pengingat hal ini, seorang serdadu Romawi mengantongi koin bergambar Caesar, penanda ia pengabdi Caesar. Untuk menjadi centurion, seseorang harus memulai karirnya sebagai prajurit biasa. Selain persyaratan fisik, centurion harus memiliki keterampilan menggunakan pedang dan tamengnya dengan baik, memiliki kemampuan memahami perintah dan melaksanakannya tanpa banyak komentar. Ia harus cukup terdidik, disiplin, terbukti menjadi inspirator sesama rekan, dan punya penguasaan emosi yang baik. Satu syarat penting lagi adalah centurion mampu mengobservasi, menilai, mengambil kesimpulan dan bertindak berdasar kesimpulan tersebut.

Centurion yang berdiri di hadapan salib Kristus, adalah penanggung jawab pelaksanaan penyaliban Yesus dan kedua penjahat. Ini tentu saja bukan tugas penyaliban yang pertama baginya, tetapi pasti berbeda dengan yang sebelumnya. Ia mungkin pernah mendengar tentang Yesus dari rekannya (Mat. 8:5-13), dan tentang keajaiban yang dilakukan Yesus. Jadi sudah pasti ia menaruh perhatian yang lebih mulai dari penangkapan Yesus hingga kematian-Nya di kayu salib. Ia mengetahui betul bagaimana Yesus tidak mengeluh selama disiksa. Ia melihat bagaimana Yesus dihakimi secara tidak adil. Ia mendengar percakapan Yesus dengan penjahat di sebelahnya, bagaimana langit menjadi gelap dan bagaimana Yesus menyerahkan nyawa-Nya.

Selama proses penyaliban tidak terjadi interaksi yang mendalam antara centurion dan Yesus. Tidak terjadi penginjilan di sana, Yohanes yang ada di sana pun tidak bersaksi menyatakan siapa Yesus. Namun melalui pengamatan tersebut, Sang Centurion menilai apa yang sebenarnya terjadi dan memutuskan bahwa benar Yesus adalah Anak Allah. Ia menyatakan pengakuannya yang sangat signifikan, walau itu berarti ia tidak lagi mengakui Caesar sebagai pribadi yang harus disembah. Ia takjub dengan apa yang dilihatnya.

Saat ini kita segera menyambut Paskah. Masihkah kita takjub akan karya keselamatan Yesus untuk kita? Seperti berbagai hari raya lainnya, kita bisa kehilangan makna Paskah secara pribadi. Oh iya sedang masa Pra-Paskah, Oh iya ada APD, Oh iya ada puasa dan pantang. Kita menjalani semua tradisi ini, tetapi masihkah kita merasakan syukur yang sangat dalam atas keselamatan yang Tuhan berikan untuk kita? Ada begitu banyak orang di sekitar lokasi penyaliban Yesus, mereka menonton tetapi fokus mereka bukan kepada Yesus. Janganlah kita menjadi orang banyak itu, menjadi penonton dan fokus kepada hal lain. Amatilah Yesus kembali. Lihatlah salib-Nya. Betapa luar biasa penderitaan yang Ia tanggung untuk kita. Syukuri kebangkitan-Nya. Takjublah lagi akan Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita.

Novi F. Lasi

BAPA YANG SETIA
“Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas...