Warta Minggu Ini
HATI-HATI GUNAKAN MATAMU !

“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”
(Matius 6 : 22 – 23)

“Hati-hati gunakan matamu! Hati-hati gunakan matamu! Karena Bapa di Sorga melihat dirimu! Hati-hati gunakan matamu!” Di manakah biasanya kita mendengarkan lagu itu? Biasanya, lagu itu terdengar dari suara merdu para kakak di Kebaktian Anak dan nara didiknya. Tentu saja, setelah lagu itu dinyanyikan, beberapa nasihat pun turut meluncur merdu dari mulut para kakak Pelayan. “Di sekolah jangan nyontek yah adik-adik, mata itu untuk melihat pemandangan bukan untuk mengintip kertas ujian teman kamu.”

Pertanyaannya, apakah lagu itu hanya relevan untuk anak-anak? Rasanya, kita perlu mengakui bahwa lagu tersebut pun sangat relevan juga bagi orang dewasa. Saat ini, ada banyak orang dewasa yang tidak menggunakan matanya dengan bijak. Saya ingat, suatu malam saya pernah hampir ditabrak oleh pengendara motor yang menerobos “lampu merah.” Atau, sering juga kita melanggar beragam rambu lalu lintas lainnya walaupun kita sudah melihat. Tak jarang, alasan tidak melihat atau tidak tahu pun disampaikan kepada polisi ketika kita ditilang.

Rupanya, pelanggaran terhadap “rambu” itu pun terjadi di gereja. Seperti yang kita ketahui, di depan pintu lift gereja ada gambar kursi roda. Artinya, yang harus didahulukan menggunakan lift ketika Kebaktian Minggu adalah mereka yang berkursi roda dan sukar berjalan. Akan tetapi, coba perhatikan siapa yang mengantri di depan lift saat Kebaktian Minggu? Kadang-kadang yang mengantri adalah orang dewasa yang masih bisa berlari. Sementara itu, orang-orang yang menggunakan kursi roda dan lansia malah mengantri di belakang mereka yang masih bisa berlari. Contoh lain lagi, dalam sebuah kebaktian, saya pernah melihat seorang oma yang memakai kursi roda kesulitan mencari spot untuk kursi roda. Mengapa? Karena spot untuk kursi roda itu diisi oleh orang-orang yang masih bisa berlari. Padahal, sudah ada gambar khusus penanda spot untuk orang berkursi roda.

Miris rasanya melihat kondisi itu. Apakah kita tidak melihat rambu itu? Kalau kita masih bisa melihat rambu itu namun kita tidak mengindahkannya, maka kita tidak menghargai mata anugerah Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.” Maksud ayat ini adalah agar mata fisik kita terkoneksi dengan mata batin kita. Karena percuma saja, apabila mata kita bisa melihat, namun mata hati kita tidak peduli dengan apa yang kita lihat. Kita hanya menjadi orang yang mati rasa karena kita tidak dapat berbela rasa dengan orang lain yang menderita.

Karena itu, asahlah mata batin kita agar tubuh kita menjadi terang. Ingatlah bahwa beribadah di gereja bukanlah hanya persoalan kebiasaan semata. Ibadah di gereja adalah soal mengasah kepekaan batin kita atas kehadiran Tuhan dalam diri orang-orang yang perlu lebih dulu kita utamakan ketimbang diri kita sendiri. Ingat, hati-hati gunakan matamu karena Bapa di Sorga melihat dirimu!

 (Pnt. Yesie Irawan, S.Si. (Teol))

SABAR
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” (1 Korintus...